Seorang Mahasiswi UNS Tewas di Sebuah Hotel

Pembunuhan Misterius di Kamar Hotel *)

Perempuan misterius ditemukan tewas di salah satu kamar di sebuah hotel di Jalan RM Said Banjarsari, Solo, pagi kemarin. Diduga dia dibunuh lelaki yang mengajaknya check in di hotel itu Jumat malam. Lelaki itu tidak kalah misterius.

Saat check in dia tidak meninggalkan kartu identitas. Sampai masuk kamar, lelaki itu terus mengenakan helm dalam kondisi kaca tertutup.

Dari hasil pemeriksaan, korban tewas dicekik dan dibenamkan ke bak mandi kamar hotel. Korban diperkirakan berusia 20 tahun. Tidak selembar kartu identitas pun ditemukan padanya.

Pengelola hotel mengaku tidak mendengar hal mencurigakan dari kamar yang lokasinya memang jauh dari ruang tamu tersebut. Korban dan tersangka datang berboncengan sepeda motor sekitar pukul 24.00. Mereka langsung membayar tarif hotel Rp 30.000 dan masuk kamar dengan bergandeng tangan. ”Selama itu, si lelaki terus mengenakan helm,” kata Herdiati, istri pemilik hotel, Parno.

Sekitar satu setengah jam kemudian, si lelaki keluar hotel. Kali ini dia melepas helmnya, sehingga Parno sempat melihat wajahnya. ”Saat itu saya baru tahu kalau dia bukan Arif, sebagaimana saya kira sebelumnya,” tambah Parno.

Dari daftar tamu diketahui bahwa lelaki itu mengaku bernama Rizky. ”Dia mengatakan akan keluar hotel untuk beli es,” kata polisi menirukan penjelasan Parno.

Ketika hampir setengah jam lelaki itu tidak juga kembali, Herdiati dan Hardi -salah satu karyawan hotel- mulai curiga. Keduanya pun memeriksa kamar tersebut. Yang mereka dapati adalah tubuh perempuan itu tenggelam di bak mandi kamar dalam keadaan tidak bernyawa. Posisi kaki di atas menyilang.

Kapoltabes Solo Kombespol Joko Irwanto bahkan datang langsung untuk melakukan pengecekan. Bersama anak buahnya dia melakukan olah TKP.

Petugas menemukan bantal tergeletak di lantai kamar mandi. Di dekat tempat tidur ada tas putih bergambar boneka yang diduga kuat milik korban. ”Tas itu berisi kaus, sweater abu-abu, dan parfum,” kata Joko.

Saat ditemukan tewas, korban berpakaian lengkap. Dia mengenakan kaus biru dan celana jins. Polisi memang menemukan sejumlah barang milik korban, tapi tidak menemukan secuil pun identitas wanita itu. Ada dugaan identitasnya sengaja dibawa kabur pria pasangannya. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, jasad wanita malang itu dikirim ke Puslabfor.

Korban Pembunuhan Misterius di Hotel Wismantara, Mahasiswi UNS **)

Hanya dalam waktu sekitar 24 jam, misteri pembunuhan di kamar Hotel Wismantara, Jalan RM Said Punggawan, Banjarsari, Solo, Sabtu 14 Maret lalu mulai terkuak. Jajaran Poltabes Solo berhasil mengidentifikasikan korban yang disebutnya sebagai Sri Partini, mahasiswi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).

Sebagaimana diberitakan kemarin, seorang perempuan muda ditemukan tewas di kamar nomor 21 hotel tersebut. Sebelum tewas, korban check in bersama seorang lelaki misterius yang tidak diketahui identitasnya.

Saat check in, lelaki itu tidak menyerahkan bukti identitas dan hanya menyerahkan uang Rp 30.000. Selain proses check in sampai masuk kamar, dia terus mengenakan helm yang tertutup.

Sekitar satu setengah jam kemudian lelaki itu pergi. Pemilik hotel yang curiga memeriksa kamar dan menemukan perempuan itu sudah tewas dalam bak mandi.

Terungkapnya identitas korban, yang beralamat di Alas Tua RT 2 RW 2, Kebakkramat, Karanganyar, itu berawal dari penemuan sepeda motor milik korban yang dibawa pelaku. Ciri-ciri sepeda motor itu didapat polisi dari kesaksian pemilik dan karyawan hotel. ”Dari empat nopol yang kami peroleh, salah satu di antaranya tercatat atas nama orang tua korban,” terang Kapoltabes Solo Kombespol Joko Irwanto.

Polisi optimitis bisa segera menemukan pelaku setelah mendapatkan sketsa wajahnya. ”Kecurigaan mengarah pada lelaki yang mengaku bernama Aris. Kami masih melacak dan mengusut identitas sebenarnya pria yang datang bersama korban,” ujar Kapoltabes.

Sepeda motor korban itu, menurut Joko, ditemukan di tepi jalan dalam kondisi kunci kontak tergantung. Sementara tangki BBM-nya kosong. ”Ditemukan kemarin malam (Sabtu malam). Setelah ditunggu selama satu malam, ternyata pelaku tidak kembali untuk mengambil motor,” paparnya.

Di kampungnya, korban dikenal sebagai gadis yang tidak neka-neka. Selain kuliah, dia memberikan les privat di rumahnya serta menjadi guru ngaji. ”Adik saya itu tidak banyak omong,” ucap Darwanto, 23, kakak Sri Partini.

Darwanto menjelaskan, sepeda motor yang ditemukan polisi dan digunakan untuk ke hotel itu memang milik korban. ”Itu hadiah ulang tahunnya. Baru sekitar tujuh bulan lalu,” paparnya.

Sehari sebelum ditemukan tewas, Tini -panggilan akrab Sri Partini- berpamitan kepada Sita, teman dekatnya, akan mengambil flash disk yang dibawa temannya di UNS. ”Sekalian janjian sama seseorang orang yang belum lama dikenalnya,” tambahnya.

Sri Partini, Mahasiswi UNS yang Tewas Dicekik Pria di Kamar Hotel ***)

RADAR SOLO menyambangi rumah sederhana di Alas Tua, RT 2 RW 2, Kebakkramat, Karangayar, kemarin (15/3), isak tangis masih terdengar di dalamnya. Meskipun, ketika datang siang itu, prosesi pemakaman mahasiswi semester IV D III Sastra, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) itu telah usai.

Sri Partini, gadis berkulit sawo matang itu memang telah menjadi korban pembunuhan. Di kampungnya, dia dikenal sebagai gadis yang tidak aneh-aneh. Malahan, Tini, nama panggilannya, menjadi guru TPA (taman pendidikan Alquran), juga memberikan privat kepada anak-anak yang ada di kampungnya. Jadi, wajar jika sepeninggalnya membuat banyak orang yang kehilangan.

“Dalam tingkah laku kesehariannya, adik saya tidak ada yang aneh. Biasa saja tidak banyak ngomong . Bahkan, sehari sebelumnya (dibunuh) dia masih mengajari adik-adik TPA dan ngelesi bahasa Inggris dan pelajaran yang lainnya kepada adik-adik yang ada di sini,” ucap Darwanto, 23, kakak Tini.

Di mata Darwanto, adiknya memang cenderung menutup diri. Tini jarang membicarakan permasalahan yang tengah menderanya. Korban juga dikenal sebagai perempuan yang suka menolong. “Adik saya juga orangnya grapyak sama teman-temanya. Dia selalu positive thinking akan segala sesuatu. Tapi, memang di keluarga Tini jarang ngomong , misal kalau ada masalah,” lanjut Darwanto.

Sebelum gadis dengan kelahiran Karangayar, 11 September 1989 itu tewas, Darwanto tidak merasakan ada yang ganjil. Hanya, sehari sebelumnya (Jumat sore, Tini tewas Sabtu siang, 14/3), ponsel milik orang tuanya menerima panggilan. Tapi, setelah diangkat tidak ada jawaban. Nomor pemanggil itupun disembunyikan.

Aji Sukarji, 40, kakak ipar Darwanto, mengatakan Honda Beat yang dipakai pria misterius dan Tini datang di hotel adalah milik adiknya. “Itu hadiah ulang tahunnya. Baru sekitar tujuh bulan lalu,” paparnya.

Jumat itu, Tini berpamitan kepada Sita, teman dekatnya, akan mengambil flashdisk yang dibawa temanya di UNS. “Tapi, kata Sita sekalian janjian sama seseorang orang yang belum lama dikenalnya,” imbuhnya.

Kemarin, orang tua korban, Sulardi dan Karmini, belum bisa ditemui. Keduanya masih shock dengan apa yang menimpa putrinya. Apalagi, Sulardi di kampungnya juga dikenal sebagai takmir masjid. “Karena selama ini tidak pernah neko-neko, maka, kalau Tini dianggap masuk hotel dengan teman kencannya, persepsinya kok seperti cewek bookingan ,” tambahnya.

Elio Erzita, 15, teman Tini, menyatakan selama ini Tini memang tidak pernah terlihat bertingkah laku aneh. Menurutnya, sebagai teman yang sering diajak mengobrol Tini, sobatnya itu mengaku baru-baru ini ada teman pria baru. Tapi, Sita tidak tahu siapa nama pria itu. “Mbak Tini pernah cerita kalau ada cowok yang ingin kenal dengan Mbak Tini lewat ponsel,” ungkap Sita.

Sita melihat ada yang aneh di perkenalan Tini dengan pria tersebut. Misalnya, dia sudah mengenal baik nama panggilan Tini. “Masak baru kali pertama telepon sudah menyebut nama Tini, panggilannya di rumah. Seperti sudah lama kenal tapi baru muncul akhir-akhir ini,” tegasnya.

Perkenalan itu juga terhitung belum lama, baru sekitar satu minggu. Saat kejadian, Siti ingin ikut ikut Tini ke Solo. Tapi, Tini tidak mengizinkan. Sita juga mengatakan Tini cerita ada janji dengan cowok yang baru dikenalnya tersebut, di depan Bolevard UNS, untuk tukar menukar ponsel.

“Ponsel Mbak Tini kan masih baru, LG KG300. Katanya, mau ditukar dengan yang ada fasilitas lebih komplet. Saat itu saya ingin ikut tapi tidak boleh. Katanya, kamu sudah kelas tiga, belajar saja,” ceritanya.

Tapi, Sita menegaskan pria itu bukan pacar Tini. Sebab, kendati sering mendapat SMS (pesan singkat) dengan kata-kata sayang, tapi, Tini tidak mau menanggapinya. “Mbak Tini tidak suka dengan cowok tersebut,” tambahnya.

Sumber:

www.jawapos.co.id
*) Minggu, 15 Maret 2009
**) Senin, 16 Maret 2009
***) Senin, 16 Maret 2009